Katanya Nongkrong di Cafe Bikin Wawasan Luas, Omong Kosong!

Di Facebook, berseliweran postingan yang katanya, nongkrong di cafe itu bikin wawasan seseorang lebih luas. Berbeda halnya dengan nongkrong di warteg atau warkop. Bagi saya itu hanyalah omong kosong, sini saya jelaskan alasannya.
Nongkrong di Cafe dan Budaya Konsumerisme
Cafe atau coffee shop identik dengan tempat nongkrong, tempat berkumpulnya anak muda. Di Cafe, anak muda berkumpul untuk beberapa keperluan, ada yang memang untuk diskusi bisnis, sekadar ngobrol tidak jelas, ada juga yang digunakan tempat untuk bekerja (seperti saya).
Menurut salah satu penelitian, nongkrong di cafe juga menunjukan budaya konsumerisme. Dengan menghabiskan uang hingga ratusan ribu rupiah setiap harinya, hanya akan membuat pengelolaan keuangan anak muda menjadi kacau.
Hal itu tentu membuat anak muda dengan mimpi mencapai financial freedom menjadi pupus sia-sia. Meskipun demikian, penelitian itu juga menyebut bahwa cafe bisa menjadi tempat yang positif, seperti bekerja dan memperluas jaringan.
Akan tetapi, jika budaya nongkrong di cafe dikaitkan dengan kelas sosial seseorang, tentu hal itu menjadi keliru. Budaya konsumerisme anak muda dengan keterkaitannya terhadap nongkrong di cafe hanya akan menimbulkan bias terhadap apa yang diimpikan anak muda; kebebasan finansial.
Menurut penelitian lainnya, perilaku konsumtif anak muda itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, di antaranya lingkungan, kelompok, dan kelas sosial. Tentunya, faktor eksternal ini yang sangat mempengaruhi.
Sebab, anak muda seperti anak kuliah tentu lebih banyak berinteraksi dengan orang di luar keluarga. Meskipun begitu, faktor internal, seperti kepribadian, keluarga dan gaya hidup bisa saja berpengaruh, apabila memang dibentuk sejak kecil oleh keluarganya.
Dalam penelitian itu pun, perilaku konsumtif anak muda dengan nongkrong di cafe memiliki dampak positif, sayangnya bukan terhadap anak muda itu sendiri, tetapi terhadap pemilik cafe. Dengan budaya konsumerisme, pemilik cafe akan mendapatkan keuntungan yang banyak.
Dampak negatifnya? Tentu saja, boros! Sudah tidak bisa dipungkiri lagi.
Benarkan Nongkrong di Cafe Bisa Bikin Wawasan Luas?
Sebuah Thread di Kaskus memberikan pencerahan bahwa tidak selamanya nongkrong di cafe bisa bikin wawasan kita jadi luas. Setidaknya, ada dua faktor yang menentukan hal itu; pertama, dengan siapa kita mengobrol. Kedua, sepandai apa mencari teman berwawasan.
Artinya, tidak serta merta nongkrong di cafe bisa bikin wawasan luas apabila orang yang kita ajak nongkrong adalah mereka yang tidak berwawasan. Atau, orang yang kita ajak ngobrol adalah orang yang lebih senang haha hihi ketimbang membicarakan hal-hal positif, seperti bisnis.
Selanjutnya, apakah kita pandai mencari teman berwawasan? Kita lihat dulu apakah teman-teman kita yang ajak nongkrong juga memiliki wawasan atau tidak? Atau malah, kita sendiri yang tidak berwawasan? Pikirkan hal itu, tentu kalian akan sadar bahwa tidak selamanya nongkrong di cafe itu oke.
Saya pun tidak setiap hari nongkrong di cafe untuk bekerja. Saya lebih banyak nongkrong di Warmindo Sazira, sebuah kedai kecil nan sederhana di Bypass, Cianjur. Malah, di sana saya tidak hanya bisa ngobrol dengan teman-teman saya soal bisnis, tetapi juga menghemat pengeluaran.
Hanya dengan uang Rp25 ribu sampai Rp30 ribu, saya bisa ngopi, minum Extrajoss Susu, dan makan siang. Murah meriah, bukan? Jika di cafe, bisa saja kita mengeluarkan uang Rp25 ribu hanya untuk segelas Es Kopi Susu yang rasanya sama saja dengan cafe-cafe yang lain.
Ada beberapa ide bisnis yang saya rencanakan hanya dengan ngobrol di warmindo. Di cafe? Saya lebih banyak haha hihi dengan teman-teman, nyanyi bersama band cafe, pacaran, atau bekerja sambil mendengarkan musik. Sangat jarang saya nongkrong di cafe untuk membicarakan hal penting.
Kesimpulan
Bagi kalian yang masih menganggap bahwa nongkrong di cafe bisa bikin wawasan jadi luas, tolong berpikir ulang. Dengan siapa kita ngobrol, dan apa yang kita obrolkan. Jangan hanya, melihat dari sisi kelas sosial, kalian menganggap mereka yang nongkrong di tempat sederhana itu tidak bermanfaat.
Semuanya tergantung kita sendiri, mau kita nongkrong di cafe, warteg, bengkel, kuburan, atau apapun itu, tidak akan bermanfaat jika yang kita bicarakan itu omong kosong. Jangan hanya estetika, kalian mengabaikan hirarki dari sebuah interaksi sosial yang sebenarnya.