Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Jangan Biarkan Anak Terjebak di Era Kolonial

Pemikiran ini saya dapatkan setelah mendengar curhat seseorang dan membaca berbagai hal yang ada di internet. Sebagian anak masih terjebak di era kolonial karena pemikiran kolot orang tuanya, sehingga sang anak terbelenggu di era modern yang sera remote ini.

Beberapa orang menilai bahwa adat dan budaya jadi alasan orang tua melarang anak-anaknya hidup dengan hal baru di era modern ini. Padahal, bagi saya, adat dan budaya sangat bisa beradaptasi dan membantu bagaimana anak hidup di dunia yang serba cepat ini.

Seorang anak bisa tidak berkuliah karena orang tuanya menganggap bahwa universitas tidak menghasilkan uang. Ada juga yang menjadi tidak kreatif karena orang tuanya menganggap bahwa industri kreatif tidak mendapatkan uang.

Gila, sih. Dulu, ketika awal-awal saya memutuskan bekerja di industri media kreatif dan teknologi, orang tua saya juga menentang. Pekerjaan saya dianggap tidak profitable, kalah oleh para pekerja pabrik yang bisa mendapat gaji UMR dengan berbagai fasilitasnya.

Tapi saya bersikukuh untuk tetap berdiri dan berkembang di industri ini. Benar, saya tidak menuruti kemauan orang tua saya. Bahkan saya menolak tawaran untuk menjadi PNS dari kakak saya. Dan, kini penghasilan saya bisa di atas para pekerja pabrik di Cianjur.

Semuanya jelas butuh waktu. Saya butuh 2-3 tahun untuk bisa sangat tenang seperti sekarang. Bekerja, membangun bisnis, dan berkarya. Saya bisa membeli motor sendiri, membeli barang-barang favorit sendiri, setiap hari bisa ngopi di cafe, tidak takut akan kehabisan uang.

Tetapi, di luar sana ternyata masih banyak anak yang terbelenggu di era kolonial. Saya tidak merasa miris, namun kecewa. Kecewa kenapa di era yang sekarang seharusnya serba mudah, tetapi harus dipersulit dengan bertahan di masa lalu. Sejujurnya, saya ingin menangis ketika ada seseorang yang curhat soal ini kepada saya.

Tolong. Kepada orang tua mana pun yang membaca tulisan saya ini, didiklah anak-anak kalian sesuai dengan zamannya. Mereka hidup di era teknologi, dinamis, dan lebih maju. Jangan menolak kemajuan hanya karena sesuatu yang belum tentu terjadi.

Jadikan rumah sebagai fondasi utama dalam mendidikan sikap dan sifat anak. Sisanya, biarkan anak beradaptasi di luar, belajar ilmu-ilmu baru, ada banyak profesi baru juga, biarkan anak memilih jalannya. Kalau kebingungan, beri arahan.

Saya yakin, dengan fondasi yang kuat dari rumah. Dunia modern tidak akan seburuk kedengarannya.

Opini
Muhammad Afsal Fauzan S.
Muhammad Afsal Fauzan S.
Suka nulis dan suka teknologi. Seneng ngomongin pengembangan diri, kerjaan, dan kepenulisan. Betah-betah di sini, ya.
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar