Ulasan Buku Novel Sayap-Sayap Patah Karya Kahlil Gibran

Untuk pertama kalinya saya membeli buku karya Kahlil Gibran setelah sekian lama penasaran dengan berbagai kutipannya yang tersebar di media sosial. Saya sudah membeli dua buku karya Kahlil Gibran, yaitu Sayap-Sayap Patah dan Almustafa. Tetapi, baru Sayap-Sayap Patah yang sudah saya baca sampai habis. Maka dari itu, kali ini saya akan memberikan ulasan tentang buku novel Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran tersebut.
Novel ini merupakan salah satu karya sastra yang paling berpengaruh, padahal saya baru sekali membacanya, tetapi pengaruh gaya penulisan Gibran sangat bisa mempengaruhi gaya tulisan saya sendiri. Buku yang pertama kali terbit pada 1912 ini awalnya ditulis dalam bahasa Arab dan sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk Indonesia. Dalam bahasa Inggris, buku ini diberi judul Broken Wings.
Ketika membaca blurb yang berada di belakang buku ini, saya kira cerita yang disuguhkan merupakan romansa tulen yang mengisahkan percintaan biasa. Tetapi, saya salah, ternyata buku ini lebih berat ketimbang sekadar romansa sepasang insan manusia. Ada intrik politik dan agama yang bercampur di dalamnya, tetapi unsur romansa yang disematkan di dalamnya begitu kuat dan menyedihkan. Berikut saya berikan ulasan saya mengenai buku novel Sayap-Sayap Patah Karya Kahlil Gibran dalam beberapa poin.
Ulasan Buku Novel Sayap-Sayap Patah Karya Kahlil Gibran
![]() |
Buku Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran dan diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono.(Foto: Tokopedia) |
Buku ini bukan karya sastra biasa, Anda yang membaca memang terkadang perlu berpikir panjang untuk memahami maknanya. Tetapi, keindahan yang dibalut dalam tulisan, membuat cerita yang berat semakin indah dari sekadar novel percintaan.
1. Penokohan yang Apik
Tokoh utama yang ada dalam novel ini adalah tokoh “aku” yang diyakini sebagai Kahlil Gibran sendiri, sementara tokoh perempuannya adalah Selma Karamy yang merupakan anak sahabat ayah Gibran, Farris Affandi Karamy. Selain itu, ada juga tokoh lain yang bertugas sebagai tokoh pendukung dan antagonis, yakni Uskup dan saudaranya yang menikah dengan Selma Karamy.
Karakter yang disuguhkan sangat kuat. Terbukti dengan dialog antar tokoh yang begitu dalam dan penuh dengan pesan. Tidak hanya itu, penggambaran setiap tokoh pun begitu kuat, Anda yang membacanya akan mampu membayangkan bagaimana indahnya latar dari cerita ini dan cantiknya Selma sebagai karakter perempuan utama di novel ini.
2. Latar yang Indah
Latar yang diambil dari novel ini adalah Lebanon, sebuah kota yang ditulis oleh Gibran dengan sangat indah. Ketika Anda membaca novel ini, maka akan langsung membayangkan keindahan dari latar tersebut, bagaimana perbukitan dan padang rumput nan indah.
Hal yang saya sukai adalah ketika pertemuan Gibran dengan Selma di suatu kebun sambil menatap bulan purnama. Di sana Anda akan merasakan bagaimana kuatnya rasa cinta dari kedua tokoh ini. Dengan dialog yang indah, membuat kedua karakter ini tidak hanya beradu dalam fisik, tetapi jiwanya itu sendiri.
3. Dialog yang Cantik
Dialog yang ditulis Gibran sangat tidak biasa. Setiap kalimat yang ditulisnya memiliki makna sederhana namun dengan representasi yang begitu mendalam, sehingga menambah keindahan yang ada dalam setiap kata yang diucapkan para tokoh yang ada dalam novel ini.
Tidak hanya itu, kalimat tidak langsung yang ditulis Gibran selalu menggunakan banyak perumpamaan. Perumpamaan ini yang kerap saya baca dari karya sastra Sapardi Djoko Damono, yang ternyata beliau sangat terinspirasi dari Gibran. Anda tidak akan bosan ketika membaca setiap kalimat-kalimat indah yang ada dalam buku ini.
4. Intrik yang Berat
Masalah yang ada dalam novel ini sangat berat. Politik keluarga dan kesenjangan gender dalam novel ini begitu kental. Meski tidak dibahas secara eksplisit, novel ini memberikan gambaran bagaimana perempuan kerap dijadikan budak di masa lalu dan tidak punya kendali atas dirinya.
Ayah Selma, Faris Affandi Karamy yang dikenal kaya diperalat oleh Uskup untuk menikahkan kemenakannya dengan Selma. Sehingga, ketika Faris meninggal, otomatis segala hartanya diwariskan kepada Uskup. Sungguh intrik yang menyedihkan, sementara Selma dan Gibran berada dalam ambang yang tidak pasti dari perasaan keduanya.
Sehingga, Selma dengan ikhlas meminta Gibran untuk melepaskan cinta itu. Takutnya saya terlalu banyak spoiler, alangkah lebih baik Anda membaca novel ini. Sehingga, akan merasakan bagaimana kehidupan Gibran dan Selma yang begitu sedih dengan kisah cinta yang singkat.
5. Ending yang Menyesakkan
Ending dari novel ini sangat menyedihkan. Saya kira akan ada happy ending dari novel ini, tetapi ekspektasi saya salah. Akhir kisah Selma dan Gibran tidak sama dengan sinetron atau FTV yang selalu menampilkan happy ending, tetapi di sini Anda akan merasakan ratapan dan tangisan Gibran di tengah pusara Selma.
Saya tidak akan memberikan terlalu banyak bocoran. Inti dari ulasan buku novel Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran ini adalah, Anda harus dan wajib membacanya. Anda yang senang menulis pasti akan terpengaruh dengan gaya tulisan dalam buku ini, dan Anda yang senang dengan cerita cinta akan mendapatkan pengalaman kisah percintaan yang berat dan menyedihkan.