Dua Minggu Kerja Pakai Tablet Malah Nggak Membantu Produktifitas Sama Sekali

Selama dua minggu saya coba bekerja pakai tablet Android Redmi Pad SE yang saya beli beberapa bulan lalu. Alasannya sederhana, saya ingin tetap produktif dengan perangkat yang lebih ringkas dan ringan. Kebetulan, akhir bulan lalu saya melengkapi tablet ini dengan keyboard, stylus, dan mouse. Tapi, ternyata kerja pakai tablet malah nggak membantu produktifitas sama sekali.
Sebelumnya, saya bekerja menggunakan Samsung Chromebook 4, baik untuk menulis artikel, editing berita, mengedit desain grafis, dan lain sebagainya. Tapi, meskipun cukup ringkas dan ringan, tetap tak seringan dan seringkas tablet. Alhasil, saya coba pakai tablet.
Bukannya menambah produktifitas, kerja pakai tablet malah membuat saya kesulitan. Mulai dari multitasking yang terbatas, kemampuan browser yang tak seberapa, dan lain sebagainya. Mungkin banyak yang mengira ini karena spesifikasi tablet saya yang tidak istimewa, tapi bagi saya, semua tablet juga nggak terlalu berbeda.
Pada minggu pertama, saya coba untuk bekerja full menggunakan browser di tablet layaknya Chromebook. Tapi, browser di tablet Android benar-benar jelek, tidak bisa pindah tab dengan mudah, setiap pindah tab, pasti akan reload otomatis. Padahal kalau ngomongin spesifikasi, nggak jauh beda dengan Chromebook yang saya punya.
BACA JUGA: NotebookLM Bantu Saya Memahami Literatur dan Harusnya Anak Sekolah Sudah Pakai
Saya pun mencoba banyak browser Android yang cocok. Chrome udah jelas nggak, Mi Browser apalagi. Firefox benar-benar bikin muak. Akhirnya, pilihannya jatuh pada Vivaldi walaupun nggak bisa juga kerja full pakai browser seperti yang diharapkan. Tapi setidaknya, Vivaldi bisa nyetel video YouTube di layar belakang dengan leluasa.
Awalnya saya juga pengen WhatsApp itu dipakai lewat browser seperti Chromebook. Tapi, ya gitu, dikit-dikit pindah tab ya reload lagi. Benar-benar memuakkan. Akhirnya saya install aplikasi WhatsApp dan WhatsApp Business untuk kebutuhan personal dan pekerjaan.
Di Minggu kedua, saya mencoba mencari alternatif untuk kegiatan office saya. Awalnya, saya pakai Google Docs dan Spreadsheets. Tapi, fiturnya di aplikasi Android benar-benar nggak bisa diandalkan. Lagi-lagi, saya coba untuk menggunakan Google Docs lewat browser dan hasilnya benar-benar buruk.
Fiturnya ada, cepat sih cepat juga, tapi user experience-nya benar-benar berbeda ketika menggunakan Chromebook. Akhirnya, lagi-lagi saya harus mencari alternatif aplikasi office versi Android yang bisa mengimbangi kemampuan Google Docs versi web.
BACA JUGA: Era Serba Digital, Tapi Kok Masih Malas Membaca?
Pilihan jatuh pada MobiOffice Suite Pro. Betul, Pro! Tapi, saya pakai yang bajakannya sih. Ya, harganya juga lumayan untuk sebuah aplikasi dengan gaji yang belum turun. Hehehe. Jangan ditiru, ya.
MobiOffice punya antarmuka yang mirip dengan Google Docs versi web. Kegunaannya pun lengkap. Integrasi ke Google Drive pun ada. Jadi, saya tidak perlu pusing lagi harus pakai aplikasi apa. Pokoknya cocok deh aplikasi itu.
Meskipun saya sudah menemukan semua jawaban untuk memenuhi pekerjaan saya. Kerja pakai tablet tetap nggak membantu produktifitas saya sama sekali. Salah satu faktor utamanya adalah multitasking yang terbatas.
Redmi Pad SE dengan fitur floating windows-nya nggak membantu sama sekali. RAM yang tergolong kecil malah bikin floating app yang disimpan hilang begitu saja. Bagi saya yang bekerja di banyak bidang sekaligus dalam satu perangkat, tablet benar-benar tidak membantu. Tapi, setidaknya bisa menemani mengerjakan pekerjaan ringan.
BACA JUGA: Penghasilan Blogger Itu Besar Nggak Sih?
Namun, perlu diingat, pakai tablet juga bukan berarti nggak bisa kerja dan meningkatkan produktifitas. Kalau kerjanya cuma bikin dokumen, ngerjain data excel, atau bikin desain Canva harian, tetap cocok, kok. Tapi, kalau kerjaannya banyak, di browser butuh banyak tab, siap-siap untuk stres.