Era Serba Digital, Tapi Kok Masih Malas Membaca?

Agak sedikit aneh kalau misalnya kita masih malas membaca di era yang serba digital seperti sekarang. Sebab, informasi sudah tidak ada sekat dan mudah diakses.
Secara pribadi, kebiasaan saya membaca berbarengan dengan kebiasaaan saya menulis. Saya senang membaca blog dan tulisan di internet.
Ketika orang masih awam terhadap media massa online, saya sudah membacanya sejak kecil. Bahkan, saya kerap membaca majalah musik yang kakak saya bawa.
Saat kecil, saya juga selalu penasaran dengan tulisan-tulisan yang ada di koran. Dulu, almarhum bapak selalu membawa koran ke rumah.
Koran-koran itu pun saya baca ketika sudah bisa membaca. Meskipun itu berita yang sudah basi, tetapi ternyata menyenangkan bisa mengetahui hal baru.
Saya juga sedikit mengikuti tren blog. Saat kelas 6 SD, saya membuat blog pertama saya. Saudara saya memberitahu kalau di SMP diajarkan membuat blog, dan itu membuat saya penasaran.
Buku-buku milik kakak, teteh, dan bapak pun saya baca. Walaupun bahasannya berat, seperti metodologi penelitian, tetapi menyenangkan bisa membaca itu semua.
Laman depan Google. (dokumen pribadi) |
Nah, dulu sangat sulit mendapatkan informasi, sementara kenapa saya masih mendapati orang kebingungan mencari informasi yang seharusnya mudah didapat.
Acap kali ada teman yang bertanya ini-itu yang seharusnya bisa dicari di internet dengan sangat mudah. Semudah membalikkan telapak tangan malah.
Beberapa teman kerap bertanya seperti "ini singkatan apa ya?" atau "itu artinya apa?" padahal itu bisa diketahui dengan cara searching.
Kadang, ketika ada yang bertanya ke saya dan saya tidak tahu, ya saya searching. Alhasil, saya dianggap pintar, padahal saya cuma senang mencari tahu.
Jadi, agak aneh kalau misalnya kita masih malas membaca di era serba digital. Maka dari itu, kebiasaan mencari tahu informasi harus dibiasakan.
Kebiasaan membaca tidak akan bisa dihapuskan dengan tren Reels Instagram, dan TikTok. Bahkan, YouTube sekalipun tidak mampu memberikan informasi sebaik tulisan.
Saya tahu ada orang yang sulit mencerna tulisan. Tetapi, itu karena mereka tidak dididik dan dibiasakan untuk membaca sejak dini.
Alhasil, mereka lebih senang dengan video. Mereka sulit memahami tulisan dan buku petunjuk. Tapi, kita malah menyalahkan modernisasi.
Padahal, ini salah pendidikan dasar di keluarga, loh. Bukan salah modernisasi. Jadi, sudah sepatutnya kita mulai membiasakan diri membaca.
Jangan cuma membaca status WA dan status Facebook. Kecuali memang isinya banyak manfaatnya. Tetapi, kebiasaan mencari tahu dan membaca memang dibutuhkan.
Kebayang kalau misalkan kita punya banyak persoalan tapi malas mencari tahu. Bisa-bisa apa yang kita kerjakan terbengkalai dan kesempatan besar di masa depan pun hilang.
Cheers!