Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Cara Saya Hidup Sebagai Freelancer Tanpa Goyah Secara Finansial

Dengan cara yang saya lakukan di bawah, saya berhasil hidup sebagai freelancer tanpa goyah secara finansial. Kamu pun bisa melakukannya.
Cara Saya Hidup Sebagai Freelancer Tanpa Goyah Secara Finansial
Cara Saya Hidup Sebagai Freelancer Tanpa Goyah Secara Finansial. (Pexels/Ketut Subiyanto)

Menjadi seorang freelancer punya tantangan berat, dan yang terberat adalah soal finansial atau keuangan. Setiap anak muda ingin bekerja sebagai freelancer karena melihat banyak freelancer yang punya banyak penghasilan. Padahal, persoalan keuangan yang harus dihadapi dengan strategi matang. Untuk itu, saya ingin menceritakan cara saya hidup sebagai freelancer tanpa goyah secara finansial.

Kalau kamu anak muda yang punya skill dan ingin memulai karir freelance, wajib mengetahui hal ini. Sebab, tanpa perencanaan dan pencatatan keuangan yang sesuai, uang dari hasil freelancing akan hilang tanpa jejak. Bisa-bisa bukannya terkumpul uangnya, malah semakin boncos.

Cara Hidup Sebagai Freelancer Tanpa Goyah Secara Finansial

Ada beberapa poin yang harus kamu pahami. Poin ini didasari dari pengalaman pribadi saya sejak memulai freelancing pada 2020 lalu. Berikut adalah poin-poinnya.

1. Evaluasi Gaya Hidup

Pertama, cek gaya hidup kamu. Dulu, saya adalah perokok berat. Saya merokok setiap hari dengan merk rokok Marlboro Filter Black. Sekarang harga rokok itu hampir menyentuh Rp50 ribu sebungkus. Selain itu, saya juga sering membeli sepatu, sebulan sekali saya bisa membeli sepatu lokal favorit padahal nggak butuh-butuh amat.

Perlahan, saya berhenti merokok. Saya ubah menjadi vaping yang cuma menghabiskan paling tinggi Rp150 ribu per bulan. Kemudian, saya sudah tidak lagi membeli banyak sepatu. Saya hanya membeli sepatu kalau memang sepatu lama sudah tidak bisa dipakai lagi. Cara ini efektif mengurangi beban keuangan saya setiap bulan.

2. Catat Pemasukan Sekecil Apapun

Saya termasuk orang yang disiplin dalam mencatat keuangan, baik pengeluaran, pemasukan, utang, dan piutang. Dengan mencatat pemasukan, kamu akan tahu berapa penghasilan kamu selama mengerjakan job freelance dalam sebulan. Kalau nggak dicatat, kamu nggak akan tahu seberapa besar penghasilan kamu.

Dulu saya nggak begitu. Sama seperti kamu. Saya mendapatkan hasil freelance, lalu habiskan. Terus saja begitu. Dengan mencatat pemasukan dengan rutin. Saya bisa tahu berapa uang yang harus saya habiskan dalam sebulan. Istilahnya, catatan keuangan ini membatasi saya dalam belanja impulsif.

3. Wajib Punya ‘Gaji Tetap’ Dari Diri Sendiri

Maksudnya, kita harus mengalokasikan uang selama sebulan tanpa diganggu gugat. Betul, istilah yang saya pakai adalah menggaji diri sendiri. Saya memberi jatah uang untuk diri saya sendiri selama sebulan. Kalau sebulan saya harus mendapatkan Rp1,5 juta, ya segitu saja yang dipakai, meskipun hasil dari freelancing bisa berkali-kali lipat dari itu.

Cara untuk menentukan besaran ‘gaji’ ini adalah dengan menghitung biaya kebutuhan saya selama sebulan. Saya memang cuma membutuhkan setidaknya Rp1,5 juta sebulan. Itu udah cukup banget. Sisanya untuk apa? Saya anggap itu ‘uang kantor’ freelance saya sendiri yang memenuhi operasional.

BACA JUGA: Bagaimana Menulis Membentuk Pola Pikir Solutif

4. Hindari Cicilan Konsumtif

Budaya paylater saat ini memang kental. Dulu saya pernah pakai paylater, sekali dalam seumur hidup. Dampaknya benar-benar kerasa, saya jadi nggak bebas dalam mengelola keuangan dan selalu dikejar-kejar oleh bayang-bayang tagihan. Saran saya, hindari paylater berlebihan. Semampunya saja.

Setelah menghindari utang, saya merasa bebas. Saya tidak lagi merasa terkungkung untuk membayar tagihan. Hasilnya, uang yang saya dapatkan bisa tetap utuh untuk dipakai dan ditabung. Jadi kalau ada freelancer yang merasa nggak bisa nabung, coba periksa lagi catatan keuangan kamu.

5. Jadwalkan Evaluasi Finansial Bulanan

Setiap bulan, saya selalu melihat grafik di excel tentang keuangan saya dalam sebulan. Kalau mau templatenya nanti saya jual ya, hehehehe. Dengan memeriksa grafik, saya jadi tahu berapa uang yang saya habiskan untuk kategori tertentu. Umumnya paling tinggi buat apa? Kopi, ya benar, saya suka ngopi.

Tapi, sekarang grafik tinggi pun bukan berarti saya bisa menghabiskan 50 persen keuangan saya untuk ngopi. Di sini saya bisa melihat uang saya dipakai untuk apa. Kalau ada yang nggak penting dan uang yang keluar terlalu tinggi, maka itu harus dievaluasi dan dihilangkan di bulan berikutnya.

Kesimpulan

Sebagai freelancer, kita jangan cuma kreatif dalam mengerjakan proyek klien. Kita juga harus kreatif dalam mengelola keuangan. Dengan begitu, pemasukan kita akan tampak. Apakah karir freelancer kita berkembang secara keuangan atau tidak? Jawabannya akan ada jika tips di atas dilaksanakan.

Cara saya di atas terbukti membuat saya hidup sebagai freelancer bisa tetap jalan tanpa goyah secara finansial. Semoga bisa membantu kamu juga yang baru memulai karir sebagai freelancer tanpa takut nggak bisa hidup.

Daily Life
Muhammad Afsal Fauzan S.
Muhammad Afsal Fauzan S.
Suka nulis dan suka teknologi. Seneng ngomongin pengembangan diri, kerjaan, dan kepenulisan. Betah-betah di sini, ya.
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar