Australia Larang Anak Main Medsos, Kok Kreatornya yang Ngamuk?

Australia Larang Anak Main Medsos, Kok Kreatornya yang Ngamuk?

Beberapa waktu lalu saya membaca berita yang cukup menggelitik dari Australia. Betul, negara tetangga kita itu baru saja resmi melarang anak atau remaja di bawah 16 tahun mengakses media sosial. Imbasnya langsung terasa instan. Banyak influencer dan kreator konten yang mengeluh views dan engagement mereka terjun bebas.

Salah satunya Josh Partington, kreator skit komedi yang mengaku videonya turun 90% dalam semalam. Dari biasanya 100.000 views, sekarang cuma dapat remah-remah di bawah 10.000.

Membaca keluhan ini, entah kenapa saya malah teringat keputusan saya membeli laptop 2 jutaan kemarin. Spesifikasinya pas-pasan, tapi jujur sesuai fungsinya. Nah, kasus di Australia ini seolah membuka wajah asli dari para influencer tersebut.

Seleksi Alam

Kalau kamu mengaku konten kreator profesional tapi traffic-mu hilang 90% saat anak-anak dilarang menonton, rasanya ada yang salah dengan model bisnismu. Itu artinya, selama ini konten yang kamu buat memang cuma "rongsokan" yang dikonsumsi anak-anak yang belum punya daya saring.

Partington bilang dia khawatir ini akan mengancam pendapatannya dari brand. Ya jelas lah. Brand membayar kamu karena angka follower yang besar. Tapi kalau ternyata mayoritas angka itu adalah anak-anak yang bahkan belum punya KTP (apalagi kartu kredit untuk beli produknya), buat apa?

Itu namanya mubazir. Sama mubazirnya dengan beli laptop gaming 30 juta cuma buat buka YouTube. Brand membuang uang untuk audience yang salah, dan kreator membusungkan dada dengan angka semu.

BACA JUGA: Review Advan Soulmate X, Laptop Murah yang Ternyata Melebihi Ekspektasi

Waktunya Berbenah Konten

Sama seperti saya yang harus menambah RAM supaya laptop murah saya bisa dipakai kerja enak, para kreator ini sekarang dipaksa untuk menambah insight baru pada kualitas konten mereka.

Mitch Dale, komika lain di sana, bilang dia harus mikir ulang jadwal upload video karena biasanya dia upload pas jam pulang sekolah. See? Mereka sadar betul targetnya siapa.

Menurut saya, kejadian di Australia ini justru bagus. Ini tamparan keras supaya kreator berhenti membuat konten sampah yang cuma mengejar viral di kalangan bocil. Kalau konten kamu memang bagus, lucu, dan insightful, orang dewasa pasti akan tetap nonton kok.

Overall, paniknya para influencer ini di luar ekspektasi saya. Ternyata rapuh sekali karier yang dibangun di atas pundak anak-anak di bawah umur. Jadi buat para kreator, jangan keras kepala menyalahkan aturan pemerintah. Kalau kontenmu sepi karena bocil pergi, ya berarti sudah waktunya kamu belajar bikin konten untuk orang dewasa. Hehehe.