Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Ketika Atasan Bisa Libur dan Karyawan Outsourcing Disuruh Lembur, Kesenjangan yang Akhirnya Bisa Saya Rasakan

Karyawan outsourcing wajib lembur di tanggal merah saat atasan liburan. Rasakan kesenjangan & risiko burnout di dunia kerja yang tak adil ini.
Pexels/Cottonbro Studio

Dunia kerja memang keras, itulah yang selalu dikatakan orag-orang di media sosial. Tapi selain keras, dunia kerja juga penuh kesenjangan. Sebab, akhirnya saya merasakan ketika di tanggal merah, atasan saya bisa libur dan saya sebagai karyawan outsourcing disuruh lembur. Terlebih yang paling nyesek, atasan saya itu posting foto-foto liburan di WhatsApp.

Pada suatu hari, saya meminta izin untuk libur pada hari Minggu ke atasan saya. Mungkin terdengar aneh, kok hari Minggu harus izin libur? Ya, namanya juga pabrik FMCG yang kekurangan karyawan, walaupun katanya kelas internasional. Saya memang diberi izin libur, tapi jawaban ketus dari atasan yang lain mengisyaratkan bahwa karyawan outsourcing seolah dilarang libur tanpa izin. Padahal itu hak dasar, kan.

Kebetulan, hari Senin besoknya adalah tanggal merah. Tapi bagi saya, liburan di tanggal merah adalah harapan semu. Padahal, dalam kontrak, saya mendapatkan satu hari libur dalam sepekan. Ketika membuka WhatsApp saya mendapati atasan-atasan saya sedang liburan, rafting, sampai mancing ikan. Sungguh menyenangkan.

Sore harinya, saya diberi jadwal bahwa pada hari Senin harus masuk shift 2 dari pukul 14.00 sampai pukul 22.00 Wib. Alhasil, saya tidak bisa menikmati tanggal merah. Tapi di jadwal tersebut, tidak ada jadwal untuk para atasan yang lain. Hanya ada seorang, itu pun karena dia butuh duit, jadi pengen lemburan. Sisanya? Karyawan outsourcing yang tak mampu berbuat apa-apa.

Bagi saya ini adalah kesenjangan. Karyawan outsourcing di sini seolah-olah tidak bisa merencanakan liburan mereka sendiri di hari Minggu atau tanggal merah. Mereka harus menunggu instruksi apakah harus masuk atau tidak. Sementara para atasannya bisa merencanakannya jauh-jauh hari dan bisa menikmati long weekend tanpa beban harus pergi ke kantor.

Kalau begini jadinya, bisa-bisa burnout akan menghantui kepala para karyawan outsourcing. Burnout atau kelelahan akibat bekerja secara berlebihan sangat berdampak terhadap mental dan produktifitas karyawan. Kalau mental dan produktifitasnya menurun, bukan hanya hasil kerja saja yang berkurang kualitasnya, bisa saja karyawan memilih untuk resign,

Saya memang belum merasakan burnout tersebut karena baru sebentar bekerja di sini. Tetapi, kesenjangan ini benar-benar mengganggu saya. Meskipun orang bilang saya cenderung idealis soal ini, tapi bagi saya sesuatu yang ideal dan sesuai aturan merupakan hal yang harus dilaksanakan. Sebab, itulah tujuannya dibuat regulasi yang ideal, agar pekerja mendapatkan hak yang seimbang antara kerja dan kehidupan pribadi.

Tidak jarang saya melihat grup kantor yang berisi perintah-perintah atasan yang sedang liburan, sementara kami yang ada di sini hanya mangut dari dia. Ya, kita tidak tahu apa yang dilalui sampai berada di posisi seperti sekarang ini. Tapi yang pasti, kesenjangan ini bisa membuat karyawan tidak nyaman dalam waktu yang panjang.

Namun, ada beberapa perbedaan nilai antara saya, seorang karyawan Gen Z, dengan karyawan lain yang notabene merupakan milenial. Milenial cenderung pasrah dan menganggap bahwa lembur di tanggal merah sebagai sarana menambah penghasilan. Tapi bagi saya, ini seperti penjara. Sebab saya tidak bisa mengekspresikan diri di luar pekerjaan.

Sebagai seorang Gen Z, saya senang memiliki side job, senang membuat konten di media sosial, atau cuma sekadar nongkrong sambil ngopi. Itu membuat mental karyawan tetap aman dan produktifitas terjaga. Kalau begini, ya harus tertundalah mimpi-mimpi tersebut. Malah, saya sudah sampai pada tahap tidur pun saya bermimpi sedang bekerja. Jadinya, jangankan buat kerja, buat tidur saja udah capek banget.

Daily Life
Muhammad Afsal Fauzan S.
Muhammad Afsal Fauzan S.
Suka nulis dan suka teknologi. Seneng ngomongin pengembangan diri, kerjaan, dan kepenulisan. Betah-betah di sini, ya.
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar