Menjadi Freelancer Lebih Nyaman Ketimbang Karyawan

Sudah sekitar empat tahun saya bekerja di dunia kreatif sebagai karyawan. Tiga tahun menjadi jurnalis dan satu tahun sebagai Social Media Specialist. Tapi, tidak ada yang bisa mengalahkan rasa nyaman menjadi seorang freelancer. Bagi saya, menjadi freelancer itu adalah pilihan yang menarik dan cukup bisa membuat bahagia.
Saya memulai karir freelance secara hustle ketika masih menjadi jurnalis. Selain liputan dan menulis berita, saya menulis artikel untuk beberapa media online di Indonesia untuk menadapatkan anggaran tambahan. Saat itu saya belum kepikiran untuk mencari klien yang bisa menambah pundi-pundi uang.
Kini, saya memperluas jejaring dalam karir kepenulisan saya sebagai Freelance Content Writer. Saya sudah memiliki beberapa klien yang mau menggunakan jasa saya. Beberapa di antaranya memberikan tarif yang biasa, bahkan ada yang melebihi ekspektasi saya sebagai penulis.
Ketika awal-awal merintis karir dengan menggaet klien, saya tidak mematok tarif. Tetapi, mempersilakan mereka memasang tarif buat saya. Dan, berapa pun itu saya terima. Malah, ada seorang klien yang memberikan tarif Rp10 ribu per artikel buat saya. Yang paling tinggi, ada yang membayar tulisan saya sebesar Rp25 ribu sampai Rp30 ribu dengan job yang sangat banyak. Dan, yang paling besar ada yang berani membayar satu tulisan saya seharga Rp100 ribu. Tapi, saya tidak menerima project itu karena kesibukan saya sebagai pekerja.
Dulu, ketika masih belajar menulis, uang adalah hal yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Tetapi, setelah mendalami dunia ini, belajar dan terus belajar, ternyata saya bisa hidup dari menulis. Jujur, ketika SMA saya sempat berpikir bahwa saya tidak akan pernah bisa hidup dari menulis. Tapi, ternyata anggapan saya salah. Menulis banyak memberikan pengaruh bagi finansial saya sendiri.
Meskipun, di Cianjur, saya sangat kesulitan untuk mencari partner dalam memulai bisnis agensi Digital Marketing yang ingin dirintis. Bisnis itu meliputi SEO, Content Writer, sampai Social Media Marketing yang menyasar UMKM di bidang kuliner. Tetapi, ternyata mencari orang dengan kemampuan digital di sini sangat sulit.
Oleh karena itu, saya sangat senang hati ketika adik-adik kelas di SMA ingin meminta materi atau pembelajaran dari saya. Baik dari ilmu jurnalistik maupun dunia digital creator dan marketing. Sebab, saya yakin di masa depan, kemampuan akan dunia digital sangat dibutuhkan dan tidak akan pernah habis atau tergantikan oleh robot sekalipun.
Mungkin dalam waktu dekat saya akan memutuskan berhenti menjadi karyawan dan fokus pada bisnis-bisnis yang sudah saya rintis. Bagi saya, pengalaman lah yang mengajarkan banyak hal terkait kehidupan. Ketika berhadapan dengan klien, saya mendapatkan banyak sudut pandang baru dalam dunia Content Writing, bahkan saya mengubah metode pengiriman file dan struktur penulisan agar lebih memudahkan klien memeriksa dan meminta revisi.
Selain itu, menjadi freelancer memudahkan saya untuk tetap melakukan kegiatan lain. Saya adalah orang yang sulit diatur dan senang berhubungan dengan banyak orang. Saya kerap pergi ke Bandung untuk diskusi dengan teman-teman UKM, atau sekadar pergi ke kafe sambil mengerjakan tugas. Ketika menjadi karyawan, hal itu menjadi sangat sulit dilakukan.
Terlebih baru-baru ini saya tergabung dalam Paguyuban Duta Baca Kabupaten Cianjur. Kalau saya terus terbelenggu menjadi karyawan, rasanya segala kegiatan itu harus saya tinggalkan. Tapi saya tidak mau. Bagi saya dengan banyak kegiatan dan sosialisasi, akan banyak pengalaman baru yang saya dapatkan.
Meskipun demikian, menjadi karyawan selama beberapa tahun ini memberikan banyak dampak. Saya menjadi lebih paham tentang manajemen ketimbang ketika kuliah. Selain itu, saya juga jadi paham tentang sistem kerja yang cocok dan tidak cocok bagi orang seperti saya. Mungkin, ketika bisnis agensi Digital Marketing saya sudah jalan, sistem kerjanya akan hybrid. Sehingga karyawan bisa leluasa bekerja.
Menjadi karyawan tetap memberikan pembelajaran berharga. Saya belajar banyak hal dari perusahaan media ketika dulu jadi wartawan, saya pun belajar banyak hal di perusahaan tempat saya bekerja sebagai Social Media Specialist saat ini. Mungkin sudah waktunya saya keluar dari zona itu, dan merintis apa yang harus diperjuangkan untuk kualitas hidup yang lebih baik.